Mengukur prospek saham PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT)

PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) adalah sebuah emiten baru yang bergerak dalam bidang ekspor tekstil. SBAT listing tanggal 8 April 2020, dan sebagaimana umumnya saham baru IPO, saat awal listing SBAT langsung ARA (Auto Reject Atas) atau naik 34%.

Dengan nilai nominal saham Rp 20 dan harga IPO 105 dan saham yang dilepas sebanyak 425 juta lembar, nilai IPO SBAT sebesar Rp 44 miliar rupiah, terbilang kecil.

Bagaimana perjalanan SBAT di Rumah Saham Indonesia ? SBAT karena termasuk dalam kategori emiten baru, maka sifatnya khusus, tidak dapat dibandingkan dengan emiten-emiten yang sudah lama di bursa. Mengapa demikian ? Karena buat emiten baru, sahamnya turun sedalam-dalamnya ataupun naik setinggi-tingginya, sudah ada yang duluan dapat puluhan milyar atau lebih. Itu sebabnya saat awal listing, SBAT tidak mendapatkan perhatian di RSI. Listing tanggal 8 April, baru mulai menarik perhatian saat sudah turun sampai disekitar 100 atau disekitar harga IPO, menunggu mereka yang pegang harga dari saat IPO sudah lepas atau jualan atau distribusi terlebih dahulu. Dari harga tertinggi sejak awal listing, berarti menunggu turun hampir 80% an.

SBAT di Rumah Saham Indonesia relatif sama dengan saham-saham lainnya, salah 1 saham yang bisa memberikan profit besar dalam waktu singkat. Ruang profit maksimal SBAT dari sejak jadi menu hingga penulisan ini adalah 235% dalam waktu 2 bulan, dari 105 an naik sampai 350 an. Sehingga kalau dalam beberapa hari terakhir turun adalah wajar saja. Sebagai perbandingan, menu bareng SBAT saat itu: DEAL, dalam waktu yang sama baru mencapai 105%.

Dengan harga saat ini di 268, lalu kapan masuk SBAT lagi ? Ini pertanyaan bernilai jutaan, yang jelas beda banget antara yang baru akan buy dengan yang sudah punya posisi, entah posisi diatas atau dibawah. Kalau buat trading jangka pendek (harian-bulanan), diperkirakan SBAT masih akan lanjut turun hingga 150 atau lebih bawah. Bagaimana kalau buat jangka panjang tahunan ? Ini tergantung kinerja emitennya saja, karena baru listing belum bisa diukur lebih detil dari sisi fundamental.